PESONA PONOROGO

...............

HOME

Senin, 28 Maret 2016

WISATA

1. Goa Lowo

goa lowo
Foto: http://kompasiana.com/
Pertama, hilangkan dulu bayangan tentang sebuah tempat wisata populer yang memiliki banyak pengunjung seperti Goa Gong di Pacitan. Saat kamu datang ke goa ini, mungkin hanya kamu sendiri yang sedang datang ke sana
Lokasi goa yang cukup sulit diakses mungkin adalah penyebab kenapa goa ini selalu sepi dari kunjungan wisatawan. Lokasi doa berada di area hutan jati dan membutuhkan sedikit usaha untuk sampai ke sana. Kita harus berjalan melewati hutan jati yang becek saat musim penghujan. Goa ini berada di Desa Sampung, Kecamatan Sampung. Sekitar 25 km dari pusat kota Ponorogo. Meski suasananya agak sedikit mistis, mengunjungi goa ini akan menjadi sebuah pengalaman yang menyenangkan. Apalagi untuk kamu yang suka bertualang

2. Air Terjun Pletuk

air-terjun-pletuk
Foto: https://elzhito.wordpress.com/
Sekitar 20 ke arah timur dari kota Ponogoro, tepatnya di desa Jurug, kecamatan Sooko kita akan menemukan sebuah wisata air terjun yang indah. Namanya adalah Air Terjun Pletuk. Wisata air terjun ini berada pada ketinggian sekitar 450 mdpl. Tidak terlalu tinggi, memang. Tapi suasana di sekitar air terjun ini cukup sejuk dan menyegarkan
Dibandingkan Goa Lowo, Air Terjun Pletuk cenderung lebih terjamah dan sudah memiliki banyak fasilitas seperti flying fox serta jembatan gantung. Tinggi air terjun ini sekitar 30 meter dengan bentuk yang tidak tegal lurus. Kemiringannya mungkin sekitar 70 s/d 80 derajat

3. Air Terjun Toyomerto

telaga ngebel
Foto: https://sichengger.wordpress.com/
Di Ponorogo ternyata juga ada sebuah telaga yang cantik jelita. Namanya Telaga Ngebel. Nama telaga ini diambil dari nama kecamatan lokasi telaga berada yakni Ngebel
Telaga seluas sekitar 5 km² ini berada pada ketinggian 734 mdpl dan berada di kaki Gunung Wilis. Dari pusat kota Ponorogo jaraknya sekitar 25 km. Untuk menikmati keindahan telaga, kita bisa menyewa beberapa alat transportasi air seperti speedboat atau sepeda air. Dengan hawanya yang sejuk, Telaga Ngebel merupakan salah satu tempat yang pas untuk menghilangkan penat

4. Kintamani Waterpark

Kintamani Waterpark
Foto: http://www.pergiberwisata.com/
Jika ingin berbasah-basahan tanpa harus pergi jauh-jauh dari kota Ponorogo kamu bisa datang ke Kintamani Waterpark. Taman bermain bernuansa air ini punya beberapa wahana yang bisa digunakan untuk bermain-main. Baik untuk anak-anak maupun orang dewasa
Selain tempat bermain, di sekitar waterpark ini juga ada sebuah restoran dengan nuasansa pedesaan yang terlihat sederhana namun menyenangkan. Keunikan dari restoran ini adalah letaknya yang berada di atas sebuah danau buatan

5. Taman Wisata Ngembag

ngembag
Foto: http://pariwisataponorogo.com
Sebelum dikembangkan menjadi sebuah tempat wisata oleh pemkab Ponorogo, tempat ini hanyala sebuah sumber air yang tidak terawat. Dengan sedikit sentuhan, area ini kini menjadi taman bermain yang cukup menyenangkan. Tidak cuma untuk anak-anak, tapi juga siapapun yang membutuhkan hiburan
Taman Wisata Ngembag berada di Siman, sekitar 3 km dari pusat kota Ponorogo. Untuk menunjang kegiatan wisata, di taman ini telah tersedia berbagai wahana seperti flying fox, perosotan, ayunan serta berbagai wahana seperti yang kita temui di taman-taman kota pada umumnya. Ada pula sebuah kebun binatang mini yang membuat tempat ini semakin menarik untuk dikunjungi

KULINER

1.    Gang Sate:

 

          Sebenarnya berlokasi di Jalan Lawu dan masuk gang, dikarenakan banyak penjual sate maka penduduk sering menyebut dengan Gang Sate.

2.    Sate Ayam Ngepos:


Berlokasi di sudut (belokan) Jalan Soekarno-Hatta dan Jalan Gajah Mada. Selain itu ada beberapa penjual sate yang berjualan disore hari dan dipinggir jalan. Kisarannya Rp 10,000.00 sampai dengan Rp 15,000.00 tiap 10 tusuk.

3.    Pecel Ponorogo,

     Jalan Soekarno-Hatta komplek Pasar Songgolangit, beroperasi mulai sore hari hingga dini hari harganya sangat terjangkau. Pas makan ber 5 plus nambah lauk ini -itu dan minum menghabiskan sekitar Rp 30,000.00 an. Cocok untuk penggemar porsi besar.

4.    Sate dan Gulai Kambing,

    Bukan makanan khas Ponorogo namun tempat yang satu ini sangat saya rekomendasikan. Terletak di Jalan Sultan Agung, depan Delta Foto.  Sate 10 tusuk plus gulai cukup bawa Rp 15,000.00!

5.    Serabi Kecamatan


Kebetulan berlokasi disamping Kecamatan Kota lantas disebut begini. Buka mulia habis Subuh, kalau weekend rame banget! Bisa ngantri lama, tapi kalau weekdays ngantrinya standar. per biji Rp 750.00 dan enak banget, diguyur kuah santan manis.

6.    Dawet Jabung


Dawet jabung adalah minuman khas dari ponorogo, dari desa jabung kecamatan mlarak Kabupaten Ponorogo, Minuman pelepas dahaga seperti dawet mungkin tak asing lagi di ibu kota. Banyak pilihan dawet bermerek maupun tanpa merek. Namun, Dawet dari Ponorogo ini menjadi sebuah pilihan yang patut dicoba.

7.    Bakso Bumi Reog


Tekstur baksonya sangat lembut sehingga sangat nikmat untuk dimakan, kemudian kuahnya sangat gurih, begitu menggugah selera. Tempatnya pun sangat unik, karena depot tersebut terletak di samping sungai yang indah, sehingga kita bisa sekalian potert-potret disana. Didepot tersebut juga terdapat peta besar Ponorogo yang menunjukkan tempat-tempat wisata Ponorogo, jadi jika anda ingin pergi berwisata di ponorogo sebaiknya mengunjungi depot ini dulu. Depot ini berlokasi di selatan Jeruk Sing.

8.    Jenang Mirah


Jajanan khas ponorogo memang banyak, tapi yang paling terkenal mungkin ya jenang ini, jenang mirah. Yang terletak di desa jetis ponorogo, jenang ini begitu kenyal, tetapi mudah untuk dimakan. Rasa manisnya pun alami karena pembuatan jenang ini masih dengan teknik tradisional.

9.    Jagung Bakar Alun – Alun


Jika anda berjalan-jalan pada sore atau malam hari di alun-alun, anda akan mendapati jagung bakar dimana-mana. Jagung bakar disini begitu nikmat, sangat cocok untuk menemani saat-saat dingin. Bumbunya pun sangat meresap, ada yang pedas ada yang manis, tergantung kita mau pesan apa. 

KESENIAN

Kesenian seni reog

Reog ponorogo merupakan salah satu seni tarian di Jawa Timur yang sampai saat ini masih terus di lestarikan. Reog ini merupakan kebudayaan dan kesenian asli Indonesia. Memang budaya dan seni ini sering dikaitkan dengan hal-hal yang berbau mistis, oleh karenanya tak jarang sering dihubungkan dengan dunia kekuatan spiritual bahkan dunia hitam.
Lepas dari hal itu, Reog Ponorogo ini oleh masyarakat biasanya sering dipentaskan saat acara pernikahan, khitanan, hari-hari besar nasional, dan juga festival tahunan yang diadakan oleh pemerintah setempat. Festival yang diadakan oleh pemerintah tersebut terdiri dari Festival Reog Mini Nasinonal, Festival Reog Nasional dan juga pertunjukan pada bulan purnama yang bertempat di alun-alun ponorogo. Sedangkan Festival Reog Nasional itu selalu diadakan saat akan memasuki bulan Maharam atau yang sering dalam tradisi Jawa itu biasa di sebut dengan bulan Suro. Pementasan reog ponorogo merupakan rangkaian dari acara Grebeg Suro atau juga dalam rangka ulang tahun kota Ponorogo.
Dalam rangka menyambut tahun baru islam atau yang sering dikenal dengan sebutan tanggal satu Suro, pemerintah kabupaten Ponorogo mengadakan event budaya terbesar di Ponorogo yaitu Grebeg Suro. Saat Grebeg Suro berlangsung, biasanya saat pementasan kesenian Reog Ponorogo itu selalu dibanjiri penonton baik dari semua penjuru Ponorogo, bahkan karena pagelaran kesenian ini bertaraf nasional, tak jarang wisatawan dari luar daerah Ponorogo bahkan dari luar negeri pun turut hadir untuk melihat acara pagelaran kesenian Reog Ponorogo ini. Hal inipun dimanfaatkan oleh pemerintah daerah Ponorogo sebagai salah satu senjata andalan untuk meningkatkan daya tarik wisata Ponorogo itu sendiri.
Selain festival Grebeg Suro, Festival Reog Mini tingkat nasional juga bisa menyedot antusias para wisatawan. Seluruh peserta yang mengikutinya merupakan generisa muda, rata-rata mereka masih duduk dibangku sekolah setingkat SD atau SMP. Salah satu tujuan dari festival Reog Mini tingkat nasional adalah untuk tetap menjaga kesenian ini terus berlangsung turun temurun, karena generasi muda inilah kelak yang akan meneruskan kesenian Rog ini. Semua pola kegiatan yang ada di festival Reog Mini hampir sama dengan Festival Reog Nasional, yang membedakannya hanya pada peserta sera waktu pelaksanaannya saja. Waktu pelaksanaan Festival Reog Mini ini pada bulan Agustus.
Rangkaian pementasan kesenian Reog yang lainnya dan tak kalah seru dari pementasan sebelumnya yaitu pementasan atau pertunjukan Reog Bulan Purnama. Pertunjukan ini selalu rutin dilaksanakan bertepatan dengan adanya malam bulan purnama. Biasanya peserta yang ikut dalam pentas ini merupakan grup-grup lokal perwakilan dari kecamatannya masing-masing. Selain itu dalam pementasan ini juga sering dijumpai beberapa pertunjukan tari garapan yang berasal dari sanggar seni yang ada di Ponorogo.

SEJARAH



***
Pada tahun 1478 Masehi Kerajaan Majapahit jatuh dan kemasyhurannya telah hilang kemudian muncullah kerajaan baru yaitu Kerajaan Demak dibawah pimpinan Raden Patah. Raden Bathara Katong yang merupakan putra dari raja Majapahit Brawijaya V ikut bergabung dengan kakaknya Raden Patah di Kerajaan Demak. Raden Bathara Katong dididik kakaknya dengan ajaran-ajaran Islam.

Setelah dewasa Raden Bathara Katong diberi tugas oleh Raden Patah untuk pergi ke Wengker untuk menyelidiki daerah tersebut bersama Senapati Sela Aji.  Wengker adalah wilayah yang berada di sebelah timur Gunung Lawu. Batas sebelah selatan adalah laut selatan, batas timur adalah Gunung Wilis dan batas sebelah utara adalah wilayah Majapahit. Raden Bathara Katong dan Senapati Sela Aji tiba di wilayah Wengker ketika hari mulai gelap. Mereka mulai kebingungan untuk menjalankan tugas karena belum mengenal seluk beluk Wengker, ditambah lagi hari yang mulai menginjak malam. Untunglah dari kejauhan terlihat nyala api yang menyala. Mereka segera menuju ketempat asal api menyala. Setelah dekat dari pusat api terlihat sebuah rumah sederhana yang di sampingnya terdapat bangunan surau kecil.

Kedatangan Raden Bathara Katong dan Senapati Sela Aji disambut gembira dan senang hati oleh pemilik rumah dan surau kecil itu, yaitu seorang lelaki tua. Lelaki tua tersebut mengenalkan dirinya dengan nama Kiai Ageng Mirah. Raden Bathara Katong dan Senapati Sela Aji mengaku terus terang jika mereka adalah utusan dari Kerajaan Demak untuk menyelidiki daerah Wengker.

Kiai Ageng Mirah merasa senang hati menerima tamu agung dari Kerajaan Demak. Keduanya kemudian diajak sholat magrib berjamaah. Setelah usai sholat Kiai Ageng Mirah mulai menceritakan seluk beluk dan garis besar daerah Wengker. Setelah hari larut malam, Kia Ageng Mirah menyuruh mereka menginap dirumahnya.

Keesokan harinya Kia Ageng Mirah menyertai Raden Bathara Katong dan Senapati Sela Aji melihat – lihat keadaan. Setelah dirasa cukup Raden Bathara Katong dan Sela  Aji kembali ke Demak dengan mengajak Ki Ageng Mirah untuk melaporkan hasil penyelidikkannya. Setelah mendengar laporan dari Bathara Katong, Raden Patah memutuskan mengangkat Raden Bathara Katong sebagai penguasa Wengker, dan mengangkat Senapati Sela Aji sebagai patih. Sedangkan Ki Ageng Mirah diangkat menjadi penasehat. Raden Bathara Katong bersama patih Sela Aji dan Ki Ageng Mirah kembali ke Wengker. Mereka disertai 40 prajurit Demak untuk membuka hutan di Wengker. Sesampainya di Wengker mereka sibuk mencari tempat yang cocok untuk mendirikan kadipaten. Sampai akhirnya mereka sampai di hutan glagah yang berbau wangi. Raden Bathara Katong member nama hutan itu Glagah Wangi. Di hutan inilah rombongan mulai membuka hutan.

Pekerjaan membuka hutan pun selesai, kemudian dilanjutkan membangun tempat tinggal. Namun dalam pembuatan tempat tinggal ini mendapatkan halangan. Ketika rumah telah usai didirikan keesokan harinya rumah-rumah tersebut roboh lagi. Ki Ageng Mirah tahu kalau ada makhluk yang mengganggu. Ki Ageng Mirah kemudian mengajak Raden Bathara Katong untuk bertapa. Pada tengah malam muncul hal gaib yaitu keluar angin besar dan tiba-tiba muncul dua sosok makhluk tinggi besar. Mereka mengaku penunggu hutan yang dibuka Raden Bathara Katong, mereka bernama Jayadrana dan Jayadipa. Kemudian Raden Bathara Katong meminta ijin kepada mereka untuk mendirikan sebuah kadipaten ditempat tersebut. Setelah mendapatkan izin dari Jayadrana dan Jayadipa pembangunan dapat diselesaikan dengan lancar.  Jayadipa pula yang kemudian menunjukkan tempat yang cocok untuk pusat kota. Tempat itu berada di tengah-tengah hutan yang sudah dibuka tersebut. Ditempat ini pula Raden Bathara Katong menemukan tiga pusaka. Pusaka yang pertama berbentuk paying yang bernama Payung Tunggul Wulung, pusaka kedua berupa tombak yang  bernama tombak Tunggul Naga. Dan pusaka yang ketiga berupa sabuk yang bernama Sabuk Chinde Puspita.

Pada saat Raden Bathara Katong mengambil ketiga pusaka tersebut terjadi tiga kali ledakan besar dan membuat tanah berhamburan. Tanah – tanah yang berhamburan tersebut kemudian membentuk lima bukit. Bukit-bukit tersebut ada yang dinamakan Gunung Lima dan Gunung Sepikul. Sedangkan lobang bekas ledakan menjadi sebuah goa yang diberi nama Goa Sigala Gala. Ternyata ketiga pusaka terrsebut adalah milik ayah Raden Bathara Katong, Prabu Brawijaya V. Saat itu Majapahit di bawah pimpinan Raja Brawijaya V diserang oleh Raja Girindrawardana. Kemudian Raja Brawijaya mengungsi ke Wengker bersama Jayadrana dan Jayadipa.

Raden Bathara Katong semakin mantap membangun Wengker setelah mendapatkan pusaka warisan orang tuanya. Pembangunan Wengker mulai berkembang dengan baik. Hutan sudah berhassil dibuka. Rumah sudah didirikan, banyak pendatang yang ikut bergabung didalamnya. Akhirnya terbentuklah sebuah kadipaten baru. Namun sayang kota tersebut belum mempunyai nama. Untuk member nama kota tersebut, Raden Bathara Katong mengadakan musyawarah. Dari musyawarah tersebut disepakati sebuah nama baru untuk kota tersebut, nama itu adalah Pramono Rogo. Pramono berarti bersatunya cahaya matahari dan bulan yang menyinari kehidupan di bumi, dan rogo berarti badan.  Nama Pramono rogo ini lama kelamaan berubah menjadi Ponorogo. Pono berarti tahu akan segala sesuatu, dan rogo berari badan manusia. Jadi Ponorogo berarti manusia yang tahu akan kedudukannya sebagai manusia.